Friday, February 21, 2014

Unpredictable Letter #Sheet 1

21 Februari 2014

Assalamu’alaikum…
How are you my little sister? Are you OK there?

Pertanyaan yang sangat basa-basi sekali ya kedengarannya jika benar-benar aku ungkapkan.
Tapi, tentu saja jawaban dari pertanyaan itu adalah ujung sebuah pengharapan besar kepada Yang Maha Memiliki Hidup, Allah Subhanahu Wata’ala. Harapan bahwa Dia selalu memberikanmu nikmat sehat, pokok dari segala nikmat yang bisa membuatmu merasakan nikmat yang lain. Iya, bukan? Bagaimana jika kamu sakit, apakah kamu masih bisa mencecap enaknya jatah makan yang setiap pagi dan sore kamu dapatkan dengan lidahmu? Aku bertaruh jawabannya tidak. :D

Jadi, jangan pernah lupa untuk bersyukur, bersyukur, bersyukur, bersyukur, bahkan sampai kamu mengira kamu belum bersyukur setiap harinya. Betapa baiknya Allah kau tahu? Selain nikmat sehat tadi, kau juga diberi nikmat yang bisa membuatmu membaca surat ini sekarang. Coba tebak kalau kau memang pintar. :D :D  Ah, aku tak ingin menunggu jawaban yang terlalu lama, prosesor otakmu sedang bekerja lamban ya? Aku kasih bocorannya saja ya, nikmat itu adalah nikmat waktu luang.
Jangan mengelak dengan bilang kamu sibuk. Aku sudah pernah menginap satu malam disitu, di tempat yang kau dan Iqoh sebut sebagai ‘penjara suci’, jadi aku tahu bagaimana kemungkinan kamu membagi-bagi waktu. Dan, santri macam apa kalian menyebut pondok sebagai ‘penjara suci’?? Duhh, aku ingin segera melihat akan menjadi apa nanti kalian 5 tahun lagi setelah mengatai pondok sebagai penjara.
Oyaa, satu lagi tentang waktu luang. Kalau kamu tak punya itu bagaimana mungkin Mae dan Bapak bisa berkomunikasi denganmu? Jadi, sekali lagi aku ingatkan jangan pernah lupa BERSYUKUR, resapi benar saat kau ucapkan ‘alhamdulillah’, dan bacaan surat Al-Mulk yang setiap habis shalat shubuh kalian baca berjamaah itu, rasakan benar-benar bagaimana Allah dengan kerajaan-Nya di langit dan di bumi adalah sungguh-sungguh Mahakuasa, Mahakuasa bahkan untuk mematikanmu di saat kau sedang membaca surat Al-Mulk itu. Hentikan saja kebiasaanmu yang selalu mengumpat-umpat tak jelas di Facebook, tanyakan pada dirimu sendiri, apa gunanya itu? Apakah orang lain akan memujimu dengan menulis seperti itu? Apakah masalahmu akan selesai dengan menyebut-nyebut hal yang seharusnya tak keluar dari mulut seorang santri? Apakah itu wujud dari bersyukurnya seorang manusia?
Kamu ingin membantah dengan mengatakan bahwa santri juga manusia? Itu alasan klise, mahasiswa, dosen, guru, kyai, ustad juga manusia. Memangnya kamu mau selamanya melakukan kesalahan? Itulah kenapa manusia diberi akal, agar mereka senantiasa belajar. Belajar dari kesalahannya, dari pengalamannya. Mungkin, bisa aku katakan sebenarnya manusia bukan tempatnya salah atau manusia tercipta untuk berbuat salah tapi, manusia tercipta untuk senantiasa belajar. Ya, mungkin seperti itu.
Duhh, kenapa omonganku jadi sok bijak begini. -_- Tenang, aku juga masih belajar.

Itu tadi nampaknya appetizer yang sangat lama jika disantap ya? Eh, apa kamu tahu apa itu appetizer? Buka kamus saja, biar kamu belajar. :D Bagaimana cuaca di sana saat kamu sedang membaca surat ini? Apakah warna abu-abu sedang terpasang di langit? Atau justru warna biru cerah dengan sedikit sapuan awan putih menyebar acak yang sedang menaungi kawasan pondok? Sekarang, saat sedang mengetik surat ini, disini sedang ‘tidak jelas’, langit berwarna putih keabuan, cuacanya panas tapi tidak seterik ba’da dhuhur tadi, dan dari gumpalan awan yang sedang berarak kadang terdengar ‘geluduk’ kecil, pertanda akan hujan nanti malam mungkin. Kau bisa membayangkannya, kan? Oyaa, kalau kau bertanya tentang Kamal dia sedang tidak di sini, mungkin tidur siang, tapi tadi pagi aku menemaninya bermain dan makan rambutan milik Nenek Lampir. Kemarin dia sakit, habis makan 4 es krim kata Mba Umi. Bicaranya sudah semakin jelas, mungkin saat kamu bisa pulang lebaran nanti dia sudah bisa memanggil dan membedakan namaku dan namamu. Hahha, lucu sekali membayangkan itu. :p
Sepi sekali di rumah, sama seperti di Purwokerto, sama-sama menemani dua manusia berumur setengah abad lebih, Bapatua dan Mamatua/Biyunge. Biasanya, jam segini sebelah kamarku ini ramai suara orang, ada Mba Andri dan Mba Umi sibuk merujak atau sekadar menjambal sop kubis bikinan Mae, Kamal dan Pandu bermain di dekat mesin jahit, mengganggu Mae yang sedang menyelesaikan seragam anak-anak PAUD atau baju-baju rombakan tetangga. Sekarang, mesin jahitnya saja teronggok bisu di kamarku, apalagi suasananya, membeku dalam kenangan, cuma bisa dibayangkan. L


Duhh, lagi-lagi itu masih appetizer :D semoga kamu belum kekenyangan saat aku menghidangkan maincoursenya. 

0 komentar:

Post a Comment

 

Block Note Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template