Monday, July 08, 2013

Prompt#20 : Lelaki Pembawa Sesak


Cahaya terang masuk menerobos jendela. Tertangkap mataku yang baru terbuka. Silau.
Wajah lembut perempuan yang terkulai di bantal sebelah menyeret kesadaranku sepenuhnya.

Blizzz. Tiba-tiba pikiran gelisah tadi malam masuk lagi ke dalam otakku. Udara di sekitarku rasanya berubah semua menjadi karbon dioksida, tak ada oksigen yang bisa kuserap. Cahaya yang merengsek masuk itu tak membantu, gelap kamar ini membuatku makin tak tenang. Dadaku seperti samsak yang sedang dipukul, kenapa jadi sakit begini? Perasaan macam apa ini?! 

Ada sesuatu yang mendorong cairan di dalam sekat-sekat mata ini keluar, aku tak tahan. Menangis.
Aku tahu, aku ingat tadi malam sebelum bisa terlelap. Bunyi sesuatu yang pecah merenggut lamunanku. 
Mereka berdua sedang berhadapan, si perempuan dicengkeram lengannya oleh si lelaki. Perasaan sesak tiba-tiba masuk ke dadaku.

Si lelaki mulai memaki, diantara mulutnya yang sibuk itu air ludah mungkin ikut berhamburan. Aku jijik, lebih jijik lagi dengan kelakuannya.
Aku yang melihat dari sela pintu yang terbuka melorot. Tak kuasa memerintahkan tubuh untuk mendekat. Mungkin tangan si lelaki akan mampir lagi dengan tidak terhormat di pipiku. Ditampar.

Tangis sesenggukan mulai terdengar dari si perempuan, ceracau minta ampun dan mengiba terselip di tengah tangisnya. Si lelaki tertawa, tangannya dengan ringan melayang mencapai pipi si perempuan. Plakkk ! Aku mengelak, tak sanggup menonton.

Lelaki itu bergerak menuju lemari kaca, mengambil sebotol ‘air laknat’, menuangnya ke dalam gelas. Tawanya berderai, mulutnya mengoceh lagi. Aku muak tapi tak kuasa untuk meninggalkan si perempuan. Setan dalam lelaki itu mungkin akan segera menuju klimaks sesaat lagi.

Glek. Setengah isi gelas lelaki itu masuk ke dalam tenggorokannya. Aku sesak sekali, menahan nafas sekaligus air mata agar tak tumpah. Si perempuan masih sesegukan. Mungkin dia lebih sesak. 
Setelah jeda yang begitu lama, lelaki itu menghabiskan isi gelasnya dengan sekali tegukan. Senyum liciknya terekam mataku, tangan kanannya mengayun sesuatu yang berkilat di ujungnya, pisau dapur.

“Mulut perempuan macam kau ini baiknya dimampuskan saja!”
Aku menelan ludah. Isak si perempuan terhenti, wajahnya pasi.

“Hentikan !” Ujung pisau sudah menyentuh perut perempuan itu, tinggal sekali tekanan yang kuat nyawanya segera dicabut malaikat. Aku melawan semua rasa takut yang sedari tadi menahan langkahku. Berlari kesetanan menjatuhkan si lelaki dan merebut pisau dapur itu.

“Pergi! Pintu rumah kami sudah terbuka lebar merelakan kau enyah dari sini ! Kami tak butuh laki-laki seperti kau! “ Gantian kuacungkan pisau dapur ke arahnya.

Langkahnya diseret terburu-buru, menabrak pintu depan. Sebelum membanting pintu keras-keras, mulutnya masih sempat memaki.
“Dasar perempuan-perempuan tak tahu diuntung!”

Rasa takutku lenyap tak pamit.
Kudekati si perempuan dan kudekap tubuhnya.
Pelukanku dibalas pelukan yang erat sekali, tubuhnya bergetar hebat. Dapat kurasakan ketakutan merayapi tubuh dan hatinya.
“Jangan takut, Ma.”
“Kenapa Papa-mu jadi seperti itu Vi?” Pertanyaan perempuan itu tak kujawab, pertanyaan retoris yang sudah sama-sama kami tahu jawabannya.

Lelaki yang tak pernah pantas dipanggil Papa. Tak mendapat tempat di hatiku sejak aku tahu tak ada kata setia di hatinya.
Sampai pagi hinggap lagi di bumi, kilasan-kilasan itu tak mau lenyap.
Tangisku semakin mengeras, kugigit ujung selimut. Sesak dan menangis lagi.
####





8 komentar:

  1. ceritanya bikin mirisss T_T. mmm apa ya, menurut saya twistnya masih kurang, saya langsung tau ditengah cerita kalo si 'aku' ini anak mereka :). tetap semangat ya mbak ;)

    ReplyDelete
  2. iya, baru ngrasa setelah dipost. Twistnya kurang. Nanti belajar lagi.
    Makasih mba kripik gurihnya, eh kritik maksud-nya :)

    ReplyDelete
  3. Narasinya seru, aku bacanya serasa mendengar langsung jeritan-jeritan antara mama dan papa di adegan kdrt itu.

    ReplyDelete
  4. hihi. iyaa, setelah baca kalimat utama prompt-nya kepikiran langsung bikin yang tentang kdrt :)

    ReplyDelete
  5. hmmm apa ya... kayaknya masih bisa dipadatkan lagi..

    Keep writing!

    ReplyDelete
  6. yup, kalau untuk FF ini kurang padet. dan kurang ngetwist juga.

    ReplyDelete
  7. okee... poin belajar : kurang padat & twistt.
    makasih kritik & sarannya :)

    ReplyDelete

 

Block Note Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template