Kepercayaan Bapak dan Mae sangat besar, jadi aku peringatkan
jangan pernah macam-macam soal kepercayaan ini. Apa kamu paham apa yang aku
maksud dengan kepercayaan ini?
Kepercayaan bahwa kita sebagai dua anak perempuaannya tak akan
berbuat macam-macam, apalagi membuat keduannya menanggung malu dunia akhirat,
dosa dunia akhirat. Kamu tahu kan maksudku?
Hati-hati dengan pergaulan, seharusnya setelah mondok kamu
tahu mana cowok yang benar-benar baik dan mana cowok yang bertopeng kebaikan
tapi sebenarnya bejat dan kurang ajar. Aku saja tahu tanpa harus mondok, :P Jangan
dengan mudah memberikan nomor hape pada cowok-cowok dunia maya, atau
cowok-cowok nyata yang berkeliaran di dunia maya kalau tujuan mereka tidak
jelas. Apalagi menawarkan sendiri nomormu pada mereka, dan satu lagi apalagi
meminta nomor mereka dengan alasan ingin berteman atau berkenalan. Hindari
tujuan yang tidak jelas ! Ingat itu !
Sms-sms sepele macam “pagi, lg apah?”, “aku kangen kamu”, “aku
cinta kamu” itu semua sampah kalau kamu mau tahu. It’s bullshit -_- Membuang
waktu, mending buat nambah hapalan, ikut spec, ngerjain PR, tilawah, atau
nyuci. Membuang pulsa, mending buat telepon Bapak, Mae, atau aku. Kamu udah
gede, aku berharap kamu paham maksudku. Gak
cuma bisa smsan sama orang-orang gak jelas, kan? Kalau kamu takut masalah
jodoh, berarti kamu tidak percaya dengan janji Allah.
“Perempuan-perempuan
yang keji untuki laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk
perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik
untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan
yang baik (pula).”
[An-Nuur:26]
Kamu mau dapat jodoh yang baik atau yang keji? Kalau seorang
cowok masih mengajak kamu smsan gak jelas bahkan walaupun dia seorang santri,
berarti dia cowok yang belum baik. Apalagi sekelas Wono, Yogas, Idun,
siapalagi? Ahh, mereka perlu dirukyah dulu. :D
Bilang juga tuh sama Iqoh, dia bisa dapat yang lebih baik dari
cowok yang sekarang.
Lihat agamanya, bukan berarti hanya cukup dia seorang muslim,
tapi seorang muslim yang mukmin dan ihsan. Tapi, yang paling penting adalah
bagaimana kamu memantaskan diri, kalau kamu mau dapat yang ‘keren’, kamu juga
harus memantaskan diri jadi orang ‘keren’. Pasangan kita itu cerminan diri
kita.
Intinya : mending bikin cerpen daripada smsan gak jelas apalagi, PACARAN ! Say NO to
PACARAN ! Say No to HTSan ! Aku tidak menyuruhmu percaya padaku karena itu
musyrik, tapi percayalah pada apa yang aku tulis. Aku sudah banyak mengamati.
;)
Pesan orang tua udah, pergaulan udah, nah… ada lagi ini. About
your hijab.
Aku bersyukur kamu tetap memakai kerudung ketika berada di
rumah, karena aku kadang melihat ada anak pesantren yang gayanya on-off, kayak
lampu. Di pondok pakai, di rumah lepas. Persisi seperti kita, aku dan kamu dulu
saat SMK dan SMP. Bersyukurlah, Allah memberi kita petunjuk, mendekatkan kita
dengan orang-orang baik. Jangan sampai kita kecolongan lagi saat di rumah,
terlihat auratnya oleh yang bukan siapa-siapa kita. Ada satu ayat lagi tentang
ini, let see it, yang terjemahannya:
“Dan katakanlah kepada
para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memlihara
kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang
(biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan
janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka,
atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau
putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laku mereka, atau
putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan
mereka, atau para perempuan (sesama Islam) mereka, atau hamba sahaya yang
mereka miliki, atau para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan
(terhadap perempuan), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat
perempuan…” [An-Nuur:31]
Walaupun, aku masih kurang sreg dengan jenis kerudung yang
kamu dan teman-teman di pondok pakai. Menerawang dan kadang memperlihatkan
beberapa helai rambut yang dikuncir, atau diponi. Yah, coba beranikanlah
bertanya pada ustadzahmu di sana sekali waktu. Semua orang berproses, termasuk
aku dan kamu. Jadi, ayo berproses bersama-sama menjadi lebih baik dalam memakai
hijab kita, pelajari dan pahami lagi makna hijab, jilbab, kerudung, dan
teman-temannya. Mungkin, saat kamu milad aku bisa memberi hadiah kerudung bahan
tebal atau sekalian tipis tapi dobel, hehehe… doakan saja rezekiku lancar. Kita
berproses bersama-sama, saling mengingatkan, saling menyemangati, saling
menguatkan, OK?
I will be there for you J
0 komentar:
Post a Comment