Saturday, March 14, 2015

My Glossophobia

1 komentar

Cukup asing di telinga. Kutemukan istilah ini setelah tidak mampu menahan rasa penasaran pada segala ‘fenomena’ yang aku idap, mulai dari takut bicara di depan umum, takut kupu-kupu, muncul benjolan di gigi berlubang, sampai sakit perut/pinggang yang tidak jelas. Ya, muncul kata glossophobia diantara banyak kata-kata dalam artikel yang akhirnya menjelaskan salah satu diantara beberapa fenomena itu.

Glossophobia, phobia berbicara di depan umum. Kedengarannya bukan phobia yang terlalu spesial ya? Tidak seperti phobia ketinggian, kotoran, atau gelap yang cukup elite untuk diakui. Eh, tapi emang dimana bangganya punya phobia? :D Jadi, dulu aku selalu mengira bahwa ketidakmampuan berbicara di depan umum adalah sebuah kelemahan yang sangat memalukan, bukan ketakutan wajar yang mungkin diidap oleh seseorang.  Iya, memalukan dan benar-benar melemahkan, seperti tidak punya nilai di depan orang lain. Segitunya? Iya, beneran segitunya. Dalam pikirku, setiap orang PASTI BISA berbicara di depan umum tanpa dipengaruhi faktor apa-apa, dengan lancar dengan apa adanya tanpa harus mengalami ‘apa-apa’. 

Ternyata, pikiranku yang terpendam selama belasan tahun itu salah. Setelah bertemu banyak orang, menjelajah banyak tempat, menghadapi dan mengalami banyak hal, aku mulai tahu. It’s phobia. A kind of phobia. Bukan sekadar ketidakmampuan, ketidakmampuan yang sama maknanya seperti tidak bisa memasak, tidak bisa mengendarai sepeda motor, tidak bisa menyetir mobil, yang kata kunci penyelesaiannya adalah belajar dan latihan. Ternyata, apa yang aku idap ini bukan sekadar ketidakmampuan seperti itu. Mungkin memang bisa disembuhkan dengan latihan, tapi tidak akan serta merta sembuh dan menjadi ‘mampu’ seperti jago masak. Pada point ini, perlu diberi catatan : dari sudut pemahaman dan pengamatanku.

Keringat dingin, tubuh bergetar, mulut beku, speechless, dan pikiran nge-hang. Those are some of the symptoms. Yang paling sering aku temui dari orang lain sih tubuh bergetar dan omongan jadi tidak jelas, out of the topic, melenceng kemana-mana, itu yang paling kelihatan. Kalau aku, jangan ditanya. ALL. Nah, orang-orang harusnya gak menganggap remeh orang lain yang punya gejala-gejala kayak gini waktu ada tugas presentasi atau penyampaian materi, atau show apapun lah yang mengharuskan orang glossophobia ini harus bicara di depan umum. Mereka yang normal harusnya memberikan motivasi dan dorongan positif supaya keberanian untuk bicara muncul. Ehmm, curhat dikit. ^_^

Yang perlu diklarifikasi dari apa yang aku idap ini adalah bukan berarti aku gak bisa ngomong, gak punya kemampuan verbal layaknya orang normal. Aish, kalau orang-orang mau mengamati dan peduli, aku termasuk orang yang menggebu-gebu dan kadang masuk kategori alay saat ngobrol santai bareng temen-temen, merangkai kata bahkan yang mendayu-dayu, ber-puitis ria, secara tulisan pun layak lah untuk dikatakan bisa menulis. Masalahnya, glossophobia ini berhubungan dengan psikologis.

:)

bersambung ...

Friday, February 21, 2014

Unpredictable Letter #The End

0 komentar
Then, about your future.
Sekarang kamu kelas XI kan, masih ada sekitar kurang dari 1,5 tahun lagi masa SMA-mu akan berakhir. Bagaimana kesanmu selama hampir 2 tahun menjadi anak SMA? Apakah memang indah seperti yang dikatakan orang-orang? Apakah indah hanya karena kamu sudah pacaran? Sudah mengoleksi banyak foto-foto alay dan narsis? Hahaha, masa SMA memang indah, tapi bukan sekadar hal-hal sepele macam itu.
Lalu, seberapa banyak prestasi yang sudah kamu ukir dan raih selama ini? Selama hampir 17 tahun umurmu? Dulu, saat SMA aku lupa mengajukan pertanyaan itu pada diri sendiri, jadi aku tak pernah punya prestasi membanggakan. Just an ordinary senior high school student. J Sekarang, coba ajukan pertanyaan itu pada dirimu dan lakukan perubahan positif. Belajarlah apapun hal positif yang menarik perhatianmu, mungkin saja bakatmu di situ. Kamu suka bahasa Arab? Ikut spesifikasi komputer? Fotografi? Lanjutkan saja, pelajari, dalami. Aku ingat dulu Bapak pernah berpesan agar mempelajari semua ilmu tapi menekuni salah satunya, kalau kau suka bahasa maka tekuni dan pelajari lebih dalam dari yang lain.

Unpredictable Letter #Sheet 3

0 komentar
Kepercayaan Bapak dan Mae sangat besar, jadi aku peringatkan jangan pernah macam-macam soal kepercayaan ini. Apa kamu paham apa yang aku maksud dengan kepercayaan ini?
Kepercayaan bahwa kita sebagai dua anak perempuaannya tak akan berbuat macam-macam, apalagi membuat keduannya menanggung malu dunia akhirat, dosa dunia akhirat. Kamu tahu kan maksudku?
Hati-hati dengan pergaulan, seharusnya setelah mondok kamu tahu mana cowok yang benar-benar baik dan mana cowok yang bertopeng kebaikan tapi sebenarnya bejat dan kurang ajar. Aku saja tahu tanpa harus mondok, :P Jangan dengan mudah memberikan nomor hape pada cowok-cowok dunia maya, atau cowok-cowok nyata yang berkeliaran di dunia maya kalau tujuan mereka tidak jelas. Apalagi menawarkan sendiri nomormu pada mereka, dan satu lagi apalagi meminta nomor mereka dengan alasan ingin berteman atau berkenalan. Hindari tujuan yang tidak jelas ! Ingat itu !

Unpredictable Letter #Sheet 2

0 komentar



Apakah sedari tadi kamu berpikir apa tujuanku menulis surat ini?
Ada apa sih, kurang kerjaan banget nulis nulis beginian!” Apa kamu juga sampai berceracau seperti itu?
Iyaa, aku memang kurang kerjaan di sini tapi banyak pekerjaan sedang menungguku di Semarang. (berasa orang penting, padahal tugas kuliah :D :D)

Unpredictable Letter #Sheet 1

0 komentar
21 Februari 2014

Assalamu’alaikum…
How are you my little sister? Are you OK there?

Pertanyaan yang sangat basa-basi sekali ya kedengarannya jika benar-benar aku ungkapkan.
Tapi, tentu saja jawaban dari pertanyaan itu adalah ujung sebuah pengharapan besar kepada Yang Maha Memiliki Hidup, Allah Subhanahu Wata’ala. Harapan bahwa Dia selalu memberikanmu nikmat sehat, pokok dari segala nikmat yang bisa membuatmu merasakan nikmat yang lain. Iya, bukan? Bagaimana jika kamu sakit, apakah kamu masih bisa mencecap enaknya jatah makan yang setiap pagi dan sore kamu dapatkan dengan lidahmu? Aku bertaruh jawabannya tidak. :D

Tuesday, December 31, 2013

Friendship is Bullshit !

0 komentar
What is Friendship? Its bullshit !

Sahabat? That is the familiar word in Anis’ life, but such the rarely thing she meet. Yeah, so ironic !
Sampai saat ini tanda tanya besar dalam kepalaku tentang makna sahabat belum terjawab secara memuaskan, mungkin karena itulah sampai saat ini pula aku belum menemukan ‘the truly one’ yang bisa aku sebut sahabat.
Apakah sahabat itu sosok anak kecil berseragam merah putih yang selalu menjejeri langkah pulang kita dan sekarang menjelma orang dewasa yang masih setia menjalin komunikasi bahkan walaupun jarak berkilometer memisahkan?
Apakah sahabat itu sosok orang yang selalu ada dimanapun kita berada, menempel seperti sebab dan akibat? Kalau kata orang seperti amplop dan perangko? Atau kadang mereka menyebut pula ‘soulmate’?
Apakah sahabat boleh diaku sebagai suatu kepemilikan, dengan menihilkan kedekatannya dengan orang lain? Orang lain yang juga mungkin menjadikannya sahabat. Bolehkah keegoisan untuk merasa memiliki dia sebagai ‘THE ONLY ONE FOR ME’?
Jangan bertanya padaku karena aku pun sedang mencari jawabannya. -__-
Kenapa urusan sahabat ini begitu ingin kupersoalkan? Kenapa aku bersedia mengalokasikan ‘space’ dalam otakku yang sempit ini untuk satu kata bertajuk SAHABAT? Dan, kenapa pula terlalu banyak pertanyaannya yang harus diajukkan? Kenapa terlalu banyak kenapa? Kenapa? Kenapa? Kenapa?
Argghh

Okee, stop it now ! Mari mulai menyimak ceracauan Anis yang benar-benar sedang kacau.

Tuesday, October 15, 2013

Never Ending Story : LIBRARIOUS

2 komentar
"Apa yang akan aku tulis?" Itu sekelebat pikiran yang pertama kali muncul waktu tahu tema yang harus ditulis tentang perpustakaan. Tapi, sejenak kemudian mobil ingatan dalam otakku mulai melaju menyusuri jalanan syaraf dan menemukan satu rumah memori yang nampaknya 'klik' dengan satu kata tadi, perpustakaan.
-Loadingggggg-

Ya ya ya, aku punya, aku punya. :)
Duhh, sekarang malah bingung mau mulai dari yang mana dulu? :D *sokbanyakstok
Ehemmm... cek cek cek. Bismillah...

Kata 'perpustakaan' cukup mempunyai ruang memori yang besar dalam otakku, entah berapa giga aku belum pernah menghitungnya. Aku hanya memprediksi dari terlalu lamanya aku memilih 'file' mana saja yang akan aku ceritakan.
Ya udah si, kok jadi kebanyakan prolog. :D
Sejak menobatkan diri menjadi seorang kutu buku, perpustakaan sudah tidak menjadi hal yang asing di kelima inderaku. Sejak saat itu pula aku memutuskan untuk menjadikan perpustakaan sebagai tempat favorit kedua setelah kamarku. Andai tugas manusia di bumi hanya bersenang-bersenang maka membaca di perpustakaan seharian sambil ngemil keripik dan dimanjakan angin sepoi yang berhembus dari arah jendela yang terbuka akan menjadi pilihanku. Sampai kini umurku hampir menginjak kepala dua aku masih selalu ngidam untuk menghabiskan banyak waktu di perpustakaan, membaca banyak buku sepuasnya, membiarkan pikiranku asyik berimaji dengan rentetan tulisan yang aku baca.
Ingatan tentang perpustakaan di kepalaku punya rasa nano-nano, ada yang manis, asem, asin, garing, sampai yang pahit juga ada. Biar plong, diceritain yang pahit dulu ya.
 

Block Note Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template