Yapp,
it’s when there is a friend beside us. Jadi orang kesepian itu nggak enak. Walaupun, dalam kesepian itu
kadang kita bisa merenung dan menemukan pencerahan tapi siapa orangya yang nggak butuh bantuan orang lain? Seorang
Voldemort aja masih butuh pengikut setianya bahkan musuhnya sendiri (Harry
Potter) biar dia bisa hidup utuh lagi. Hadirnya seorang teman dalam hidup kita
menunjukkan kita masih punya ‘value’ di mata orang lain. Mereka memberi
kebermanfaatan pada kita, begitu juga sebaliknya, bagaimanapun bentuk
kebermanfaatan itu.
Beberapa
hari yang lalu saat tiba di kota kelahiran setelah sekian lama menimba ilmu di
tanah rantau ada notification yang
masuk di grup alumni sekolah dan kelas memberitahukan bahwa ada acara reuni. Reuni
sering dijadikan ajang silaturahim dengan teman-teman lama yang mungkin
bertahun-tahun tidak berjumpa. Apalagi saat lebaran seperti sekarang. Yah,
momen lebaran dimana para perantau pulang kampung atau istilah kerennya ‘mudik’
dimanfaatkan untuk melepas rindu dengan orang-orang tercinta di rumah, sanak saudara,
teman-teman masa kecil dan teman seperjuangan SMP maupun SMA dulu. Sebentuk
pernyataan “ternyata masih ada yang merindukanku,” mungkin muncul saat kita
mendapat undangan reuni. Itu karena kita punya teman.
Teman,
yang mungkin tidak kita kenal lebih lama dari orang tua kita pun memiliki andil
untuk ikut masuk dalam ruang rindu kita. Orang-orang yang dulu turut mengisi
masa-masa hidup kita yang sekarang kita sebut masa lalu. Mereka yang mungkin nggak punya intensitas kedekatan yang
tinggi dengan kita, mereka yang mengejek kekurangan kita, mereka yang bahkan cuma
kita tahu namanya tapi nggak pernah
lebih jauh kita tahu karakternya, mereka adalah teman. Sekali lagi, orang-orang
yang turut mengisi ruang kehidupan kita, saat dulu, sekarang, ataupun nanti di
masa depan. Coba kita mengandaikan apa yang terjadi saat tidak ada orang-orang
ini hadir dalam hidup kita, seperti saat mengandaikan ketiadaan kentut dalam
siklus ekskresi manusia. Sendiri, serba mandiri, dan akhirnya kesepian. Tidak
ada yang mengakui ke-eksisan kita di muka bumi.
Teman
berbeda dengan sahabat, setidaknya menurutku begitu. Sahabat adalah sosok teman
yang sudah mencapai keprofesionalnya dalam menjalankan tugas sebagai teman.
Lebih intim, akrab daripada teman. Semua orang yang hadir dalam hidup kita
berpotensi menjadi teman, bahkan orang yang di mata kita mereka berlabel ‘musuh’.
Kebencian itu beda tipis kan sama cinta dan kasih sayang, kadang ada orang
tertentu yang mengungkapkan kasih sayangnya dengan rasa benci, sulit dimengerti
dan dipahami. Kita juga sebenarnya belajar menjadi lebih kuat dan lebih baik
dari musuh kita. Sedangakan, dari sekian teman kita, tidak semuanya berpotensi
menjadi sahabat. Predikat sahabat ini melekat pada orang-orang yang
menyumbangkan waktu hidupnya untuk ikut merasakan suka dan duka bersama kita.
Merekalah sahabat.
Hal
kecil seperti teman ini ternyata memberi banyak hikmah dalam hidup kita.
Menunjukkan kita untuk lagi dan lagi bersyukur. Bersyukur bahwa kita diakui ada
dan bernilai karena adanya mereka juga. Untuk itu, bertepatan dengan Hari Idul
Fitri, selain meminta maaf atas khilaf yang mungkin pernah kita lakukan ada baiknya
kita juga mengucapkan terimakasih pada mereka yang telah hadir mengisi, mewarnai
dan meramaikkan rangkaian kisah hidup kita.
For
you who live around my life, thanks to be my friend. :) :)
Makasih ya partisipasinya.
ReplyDeleteTeman itu memang tidak ada duanya. Musuh juga selalu membuat kita kuat kan... seperti Harry Potter.