Cukup asing di telinga. Kutemukan istilah ini setelah tidak
mampu menahan rasa penasaran pada segala ‘fenomena’ yang aku idap, mulai dari takut
bicara di depan umum, takut kupu-kupu, muncul benjolan di gigi berlubang,
sampai sakit perut/pinggang yang tidak jelas. Ya, muncul kata glossophobia diantara
banyak kata-kata dalam artikel yang akhirnya menjelaskan salah satu diantara beberapa
fenomena itu.
Ternyata, pikiranku yang terpendam selama belasan tahun itu
salah. Setelah bertemu banyak orang, menjelajah banyak tempat, menghadapi dan
mengalami banyak hal, aku mulai tahu. It’s phobia. A kind of phobia.
Bukan sekadar ketidakmampuan, ketidakmampuan yang sama maknanya seperti tidak
bisa memasak, tidak bisa mengendarai sepeda motor, tidak bisa menyetir mobil, yang
kata kunci penyelesaiannya adalah belajar dan latihan. Ternyata, apa yang aku
idap ini bukan sekadar ketidakmampuan seperti itu. Mungkin memang bisa disembuhkan
dengan latihan, tapi tidak akan serta merta sembuh dan menjadi ‘mampu’ seperti
jago masak. Pada point ini, perlu diberi catatan : dari sudut pemahaman dan
pengamatanku.
Keringat dingin, tubuh bergetar, mulut beku, speechless,
dan pikiran nge-hang. Those are some of the symptoms. Yang paling sering
aku temui dari orang lain sih tubuh bergetar dan omongan jadi tidak jelas, out
of the topic, melenceng kemana-mana, itu yang paling kelihatan. Kalau aku, jangan
ditanya. ALL. Nah, orang-orang harusnya gak menganggap remeh orang lain yang
punya gejala-gejala kayak gini waktu ada tugas presentasi atau penyampaian
materi, atau show apapun lah yang mengharuskan orang glossophobia ini
harus bicara di depan umum. Mereka yang normal harusnya memberikan motivasi dan
dorongan positif supaya keberanian untuk bicara muncul. Ehmm, curhat dikit. ^_^
Yang perlu diklarifikasi dari apa yang aku idap ini adalah
bukan berarti aku gak bisa ngomong, gak punya kemampuan verbal layaknya orang
normal. Aish, kalau orang-orang mau mengamati dan peduli, aku termasuk orang
yang menggebu-gebu dan kadang masuk kategori alay saat ngobrol santai bareng
temen-temen, merangkai kata bahkan yang mendayu-dayu, ber-puitis ria, secara tulisan pun layak lah untuk dikatakan bisa menulis. Masalahnya, glossophobia ini berhubungan dengan psikologis.
:)
bersambung ...
:)
bersambung ...